Sejarah pemerintahan reformasi hingga kabinet susilo bambang yudhoyono
·
Masa
kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang sikapnya kontroversial yaitu
a) Mengurangi subsidi BBM atau
dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh
naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke sector pendidikan
dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
b) Kebijakan
kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni
Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak
sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
c) Mengandalkan
pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta
mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah
satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November
2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepaladaerah.
Investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini
mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan
bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi
undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di
Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
d) Lembaga kenegaraan
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dijalankan pada pemerintahan SBY mampu
memberantas para koruptor tetapi masih tertinggal jauh dari jangkauan
sebelumnya karena SBY menerapkan sistem Soft Law bukan Hard Law. Artinya SBY
tidak menindak tegas orang-orang yang melakukan KKN sehingga banyak terjadi money
politic dan koruptor-koruptor tidak akan jera dan banyak yang mengulanginya.
Dilihat dari semua itu Negara dapat dirugikan secara besar-besaran dan sampai
saat ini perekonomian Negara tidak stabil.
e) Program konversi
bahan bakar minyak ke bahan bakar gas dikarenakan persediaan bahan bakar minyak
semakin menipis dan harga di pasaran tinggi.
f) Kebijakan
impor beras, tetapi kebijakan ini membuat para petani menjerit karena harga
gabah menjadi anjlok atau turun drastis
g) Pada tahun 2006 Indonesia
melunasi seluruh sisa hutang pada IMF (International Monetary Fund). Dengan
ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam
menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar
negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi
antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat
dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret
2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran
kredit perbankan ke sektor riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka
menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sektor riil kurang dan berimbas pada
turunnya investasi. Pengeluaran Negara pun juga semakin membengkak dikarenakan
sering terjadinya bencana alam yang menimpa negeri ini.
PEMERINTAHAN
INDONESIA BERSATU JILID I ERA SBY-JK 2004-2009
Kabinet
Indonesia Bersatu (Inggris: United Indonesia Cabinet) adalah kabinet
pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil
Presiden Muhammad Jusuf Kalla. Kabinet ini dibentuk pada 21 Oktober 2004 dan
masa baktinya berakhir pada tahun 2009. Pada 5 Desember 2005, Presiden
Yudhoyono melakukan perombakan kabinet untuk pertama kalinya, dan setelah
melakukan evaluasi lebih lanjut atas kinerja para menterinya, Presiden
melakukan perombakan kedua pada 7 Mei 2007.
Susunan Kabinet Indonesia Bersatu pada awal pembentukan (21 Oktober
2004), perombakan pertama (7 Desember 2005), dan perombakan kedua (9 Mei 2007) Pada periode ini, pemerintah melaksanakan
beberapa program baru yang dimaksudkan untuk membantu ekonomi masyarakat kecil
diantaranya Bantuan Langsung Tunai (BLT), PNPM Mandiri dan Jamkesmas. Pada
prakteknya, program-program ini berjalan sesuai dengan yang ditargetkan
meskipun masih banyak kekurangan disana-sini.
PEMERINTAHAN
INDONESIA BERSATU JILID II ERA SBY – BOEDIONO 2009-2014
Kabinet
Indonesia Bersatu II (Inggris: Second United Indonesia Cabinet) adalah kabinet
pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil
Presiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari usulan partai politik
pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan kursi di DPR
(Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai Golkar yang bergabung
setelahnya, tim sukses pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009, serta kalangan
profesional. Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY
pada 21 Oktober 2009 dan dilantik sehari setelahnya. Pada 19 Mei 2010, Presiden
SBY mengumumkan pergantian Menteri Keuangan. Pada periode ini, pemerintah
khususnya melalui Bank Indonesia menetapkan empat kebijakan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional negara yaitu :
a) BI rate
b) Nilai tukar
c) Operasi moneter
d) Kebijakan
makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas dan makroprudensial lalu lintas
modal.
Dengan kebijakan-kebijakan ekonomi diatas,
diharapkan pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara yang akan
berpengaruh pula pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Kinerja Pemerintahan SBY – Tak terasa sudah 1 tahun
pemerintahan SBY jilid II berjalan, Namun masih saja dianggap gagal serta
mendapat rapor merah dari beberapa kalangan. Dan kali ini pengamat ekonomi
dunia pun ikut bicara terkait dengan kinerja pemerintahan SBY yang sudah 1
tahun ini. Perolehan suara 60 % dalam Pilpres 2009 dan mendapat dukungan mayoritas
di parlemen ternyata belum bisa dioptimalkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono
dan Boediono untuk melakukan langkah-langkah yang konkrit dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
Di mata pengamat ekonomi politik dari Northwestern University,
Amerika Serikat, Prof Jeffrey Winters, buruknya kinerja pemerintahan SBY tidak
lepas dari sikap Presiden SBY dalam menjalankan pemerintahan. SBY dianggap
lebih suka terlihat cantik, santun dan berambut rapi di depan kamera dibanding
bekerja keras mengatasi persoalan-persoalan yang ada di Indonesia.
Apa pandangan Anda terhadap kinerja SBY-Boediono
selama menjalankan pemerintahan?
Sampai saat ini dilihat kinerja pemerintahan
SBY-Boediono rendah. Dan perlu dicatat prestasi yang rendah kepemimpinan SBY
bukan sesuatu yang baru. Karena sejak 2004 memang kinerjanya tidak pernah
tinggi. Jadi kombinasi SBY-Kalla yang sudah mengecewakan menjadi lebih parah
dengan kombinasi SBY-Boediono.
Meski pada masa SBY-JK kinerjanya buruk, paling
tidak Jusuf Kalla dikenal sebagai orang yang tidak sabar dan sering mendorong
SBY untuk bertindak dan ambil keputusan. Tetapi akhirnya Kalla menjadi capek,
frustrasi dan memilih lepas saja.
Kinerja para menteri terkait dengan performa
pemimpinnya. Karena sikap presidennya sebagai leader tidak bagus tentu saja
para menterinya juga tidak bagus kerjanya. Apalagi pemilihan anggota kabinet
berdasarkan bagi-bagi kekuasaan supaya aman di parlemen. Hasilnya yang terjadi
pemilihan bukan berdasarkan kapabilitas dan akuntabilitas. Melainkan
berdasarkan jatah anggota koalisi.
SUMBER:
http://setkab.go.id/profil-kabinet/
https://yuniariani37.wordpress.com/2014/07/07/sejarah-ekonomi-indonesia-sejak-orde-lama-hingga-era-reformasi/
0 komentar