Pengantar Manajemen
BAB I
Pembagian
Kerja dan Struktur Organisasi
1. Definisi
dan Pengertian Organisasi
Pengorganisasian
(Organizing) Menurut kamus istilah organizing berarti menciptakan suatu
struktur dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga
hubungan antara bagian-bagian dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan
keseluruhan sruktur tersebut. Sedangkan pengorganisasian sendiri mempunyai arti
yakni sekelompok orang yang bekerja sama dengan menempatkan
tugas,fungsi,wewenang, dan tanggung jawab masing-masing untuk mencapai suatu
tujuan. Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai definisi dari organisasi:
- Prof Dr. Sondang P. Siagian
Organisasi
ialah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang
bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian
suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang /
beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut
dengan bawahan
- Drs. Malayu S.P Hasibuan
Organisasi
ialah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari
sekelompok yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi
hanya merupakan alat dan wadah saja.
- Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro
Organisasi
adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara
sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk
bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
Fungsi pengorganisasian:
a) Adanya
pembagian tugas dan penggolongan kegiatan perusahaan.
b) Pembagian
tugas kegiatan perusahaan kepada kelompok yang telah ditetapkan.
c) Menentukan
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Selain mempunyai fungsi, pengorganisasian juga
mempunyai tujuan yakni:
a) Kemudahan
dalam pelaksanaan tugas
b) Kemudahan
pimpinan dalam melakukan pengawasan.
c) Kemudahan
dalam menentukan orang-orang yang dipercaya dalam melaksanakan tugas.
Pentingnya mengenal Organisasi
a) Terciptanya
hubungan yang baik antaranggota organiosasi
b) Setiap
anggota mengetahui tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.c) Spesialisasi
dalam melaksanakan tugas
Bentuk-Bentuk Organisasi
- Organisasi Garis : diciptakan oleh Henry Fayol.
Organisasi
ini hanya mengenal satu komando. Satu wewenang yang turun langsung dari pempin
kebawahan, mulai dari manajer puncak langsung ke mandor, bawahan bertanggung
jawab langsung pada atasan.
- Organisasi Garis dan Staf : diciptakan oleh
Harrington Emerson.
Merupakan
bentuk organisasi yang mengambil kelebihan-kelebihan dari organisasi garis
seperti adanya pengawasan secara langsung, serta mengambil kelebihan-kelebihan
dari organisasi staf seperti adanya spesialisasi kerja.
- Organisasi Fungsional : diciptakan oleh F.W.
Taylor
Bentuk
organisasi ini merupakan gabungan dari bentuk organisasi fungsional dan
organisasi garis dan staf.
Prinsip-Prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para
ahli, salah satunya A.M. Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap
dalam bukunya “Organization of Canadian Government Administration”
(1965), bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi:
- Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.
Organisasi
dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak
mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi,
mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan lain lain.
- Prinsip Skala Hirarkhi.
Dalam suatu
organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu
pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian
wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya
organisasi secara keseluruhan.
- Prinsip Kesatuan Perintah.
Dalam hal
ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang
atasan saja.
- Prinsip Pendelegasian Wewenang.
Seorang
pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga
perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi
wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam
pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan
keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan
tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi.
- Prinsip Pertanggung jawaban.
Dalam
menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada
atasan.
- Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu
organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau
kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan
pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari
masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas
dalam pendelegasian wewenang, pertanggung jawaban,
serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.
- Prinsip Rentang Pengendalian.
Artinya
bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan
perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk
dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang
cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya. Prinsip
Fungsional : Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional
harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung
jawab dari pekerjaannya.
- Prinsip Pemisahan.
Bahwa beban
tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang
lain.
- Prinsip Keseimbangan.
Keseimbangan
antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal
ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi
tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/
kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana
(tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur
organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar
seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
- Prinsip Fleksibilitas
Organisasi
harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika
organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya pengaruh di
luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan
fungsi dalam mencapai tujuannya.
- Prinsip Kepemimpinan.
Dalam
organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata
lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses
kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.
Sebab keberhasilan dan kegagalan Organisasi
Keberhasilan atau kegagalan organisasi pasti
berhubungan dengan peran para anggotanya. Suatu keberhasilan dapat dicapai bila
ada kerjasama yg baik antar para anggotanya. Sedangkan kegagalan dapat
disebabkan karna adanya faktor internal di pengorganisasian tersebut yang bersifat negatif.
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi
adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur
organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana
fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan
(koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan
spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.
Faktor yang Mempengaruhi Struktur Organisasi
Ernie (2006), menyatakan ada 4 faktor yang
mempengaruhi struktur organisasi yaitu:
·
Strategi
Organisasi
Strategi
organisasi dibuat sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu,
jika struktur organisasi dibentuk sebagai jalan untuk pencapaian tujuan maka
struktur organisasi pun selayaknya sejalan dengan strategi organisasi. Maka,
jika terjadi perubahan pada strategi organisasi akan berdampak pula pada
perubahan struktur organisasi.
·
Skala
Organisasi
Organisasi
dapat dibedakan skalanya menurut berbagai faktor diantaranya adalah dari jumlah
penjualan, pangsa pasar hingga jumlah tenaga kerja. Organisasi yang
berskala besar artinya organisasi tersebut barangkali memiliki berbagai cabang
diberbagai daerah dikarenakan pangsa pasarnya yang luas, dengan demikian memiliki
tenaga kerja yang juga tidak sedikit. Tapi walaupun tanpa cabang, organisasi
dapat dikatakan berskala besar jika tenaga kerja yang ada berjumlah ribuan
seperti pabrik-pabrik garmen penghasil produk-produk konveksi. Organisasi
yang berskala besar karena ruang lingkup aktivitasnya yang luas maka memerlukan
pendelegasian wewenang dan pekerjaan sehingga dalam mendesain struktur
organisasinya pun perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait dengan
aktifitas yang luas tersebut. Sedangkan organisasi berskala kecil biasanya
memiliki jumlah tenaga kerja yang sedikit karena pangsa pasar yang mungkin
masih sedikit, jumlah penjualan atau produksi yang juga sedikit. Organisasi
yang berskala kecil biasanya memiliki struktur organisasi yang lebih sederhana
dan tidak terlalu banyak terjadi pendelegasian wewenang dan pekerjaan.
·
Teknologi
Faktor
teknologi yang dimaksudkan disini adalah terkait dengan cara bagaimana suatu
pekerjaan dilakukan. Selain itu juga, faktor teknologi terkait dengan
penggunaan alat-alat bantu dalam sebuah organisasi.
·
Lingkungan
Lingkungan
yang dinamis menuntut organisasi juga untuk menyesuaikan diri secara dinamis.
Proses penyesuaian yang dilakukan oleh organisasi juga termasuk dalam penentuan
struktur organisasinya. Lingkungan yang dinamis akan mendorong organisasi untuk
selalu menyesuaikan struktur organisasi dengan tuntutan lingkungan yang
senantiasa berubah. Sebaliknya, lingkungan yang cenderung statis tidak akan
terlalu banyak mengubah struktur organisasi.
Fungsi Struktur Organisasi
·
Kejelasan
Tanggung Jawab
Setiap
anggota organisasi harus bertanggung jawab dan apa yang harus dipertanggung
jawabkan. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab kepada pimpinan
atau atasan yang memberikan kewenangan, karena pelaksanaan kewenangan itu yang
harus dipertanggungjawabkan.
·
Kejelasan
Kedudukan
Kejelasan
kedudukan seseorang dalam struktur organsisasi sebenarnya mempermudah dalam
melakukan koordinasi maupun hubungan karena adanya keterkaitan penyelesaian
suatu fungsi yang dipercayakan kepada seseorang.
·
Kejelasan
Uraian Tugas
Kejelasan
uraian tugas dalam struktur organisasi sangat membantu pihak pimpinan untuk
melakukan pengawasan dan pengendalian, dan bagi bawahan akan dapat
berkonsentrasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan karena uraiannya yang jelas.
3. Pembagian
Kerja
Pembagian
kerja adalah merupakan penjadwalan kerja personila karyawan di suatu
perusahaan.Fungsi pembagian kerja ini untuk memudahkan dan menghindarkan
bentrok kerja.Diwujudkan untuk mengelompokan tugas sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing personil atau unit kerja.Dengan jadwal ataupun definisi pembagian
pekerjaan akan disesuaikan dengan kemampuan seorang atau unit lebih
terlihat,dan yang jelas lebih mengurangi tingkat kerumitan.Yang pastinya akan
lebih efektif dan efisiensi.Dalam perusahaan taupun organisasi memiliki tingkat
manajemennya masing-masing ,dari tingkat manajemen atas(top manager) atau (SPL)
Stategic Planing Level,Midle manager atau (MCL) Manajement Control Unit,Tingkat
manager paling bawah atau (OCL)Operational Control Level.Penjelasan dari
tingkatan ini adalah:
a)Top manager
(SPL) Strategic Planing Level
Adalah Tingkat manager paling atas yaitu tugasnya
adalah sebagai pembuatan Rencana/planing.Perumusan strategi dan
sasaran.Biasanya tingkat management ini mengambil informasi dari lingkungan
luar,maksutnya karna pentingnya informasi ini untuk kepentingan apa yang sedang
dibutuhkan oleh masyarakat luas,dengan begini si manager ini membuat rencana apa
yang harus dikerjakan oleh perusahaannya agar hasil produksinya nanti dapat
mendapat minat tinggi dari konsumen luas.Dan juga dalam hal pelaporan keadaan
di perusahaan atau organisasi tingkat ini lebih mengambil informasi perusahaan
secara ringkas saja.misal omset bulan ini mencapai target atau tidak, dan berapa jumlahnya, tingkat ini
hanya menerima laporan akhir saja. karena tugas untuk membuat laporan sudah ada yang mengerjakannya.
2) Midle
Manager (MCL) Management Control Level
Adalah
tingkatan manager tengah bertugas pengendalian managemen,Yaitu membuat
rumusan anggaran dan alokasi sumber daya.Melaksanakan tugasnya yang
informasinya bersumber dari internal.dan membuat laporannya secara rinci karena
dia bertanggng jawab melaporkana hasil dan kondisi perusahaan atau organisasi.
3)Tingkat
bawah manager (OCL) Operational Control Manager
Adalah
tingkatan manager paling bawah bertugas pengendalian operasional,yaitu
pengendalian aktivitas dan laporan prestasi.Ikatan manajemen yang bertanggung
jawab atas pekerja dibawahnya.Tingkat ini mengambil informasi dari
internal,karena mengerjakan apa yang akan dilakukan oleh karyawan atau personil
sesuai dengan rancangan dari manajement tingkat atas.Membuat laporan hasil
kerja atau transaksi diperusahaan dengan rinci,karena tingkat ini bertugas
melaporkan semua hal yang ada dalam perusahaan.
Dengan adanya pembagian kerja seperti diatas
memudahkan pekerjaan dan terorganisasi. masing-masing
divisi mempunyai tugas masing-masing.
4. Departementalisasi
Departementalisasi adalah dasar yang digunakan untuk mengelompokkan
sejumlah pekerjaan menjadi satu kelompok / satu grup.
5 bentuk umum departementalisasi :
·
Departementalisasi fungsional
Mengelompokkan sejumlah pekerjaan berdasarkan fungsi yang dilaksanakan.
Kelebihan :
ü Efisiensi dari meletakkan bersama kekhususan yang serupa dan orang-orang
dengan keahlian, pengetahuan dan orientasi yang sama.
ü Koordinasi di dalam fungsional.
ü Spesialisasi yang mendalam.
Kekurangan :
ü
Komunikasi yang buruk di
seluruh bidang fungsional.
ü Pandangan yang terbatas tentang sasaran organisasi.
·
Departementalisasi Geografis
Mengelompokkan pekerjaan
berdasar kewilayahan atau geografi.
Kelebihan :
ü Penanganan
yang lebih efektif dan efisien atas permasalahan regional khusus yang muncul.
ü Melayani
kebutuhan pasar geografis yang unik dengan lebih baik.
Kekurangan :
ü Fungsi yang
rangkap.
ü Dapat merasa
terisolasi dari wilayah organisasi lainnya.
·
Departementalisasi Produk
Mengelompokkan pekerjaan
berdasar lini produk.
Kelebihan :
ü Memungkinkan
spesialisasi dalam produk atau jasa tertentu.
ü Manajer
dapat menjadi ahli dalam industri mereka.
ü Lebih dekat
dengan para pelanggan.
Kerugian :
ü Fungsi yang
rangkap.
ü Pandangan
yang terbatas tentang sasaran organisasi.
·
Departementalisasi Proses
Mengelompokkan pekerjaan berdasar
arus produk/ pelanggan.
Kelebihan :
ü Arus
kegiatan kerja yang lebih efisien.
Kerugian :
ü Hanya dapat
digunakan untuk jenis produk tertentu.
·
Departementalisasi Pelanggan
Masalah bersaing yang dapat sangat baik
dipenuhi dengan mempunyai tenaga spesialis bagi masing-masing pelanggan itu.
Organisasi-organisasi besar sering menggabungkan sebagian besar/ semua
bentuk departementalisasi itu.
5. Bentuk-Bentuk Struktur Organisasi
·
Bentuk
Organisasi Lini/Organisasi Garis
Organisasi
lini/organisasi garis adalah bentuk organisasi dimana wewenang atasan dan
bawahan terhubung langsung secara vertikal. Dalam bentuk organisasi ini, kepala
unit mempunyai tanggung jawab untuk melaporkan kepada satu kepala unit di
atasnya.
Ciri-ciri
organisasi lini:
·
Jumlah karyawan sedikit
·
Manajer di bawah tom manajer hanya sebagai pelaksana
·
Sarana dan alatnya terbatas
·
Hubungan atasan dan bawahan bersifat langsung
·
Pada perusahaan perseorangan, pemilik perusahaan
adalah top manajer
Kebaikan
organisasi lini:
·
Atasan dan bawahan dihubungkan dengan satu garis
komando
·
Rasa solidaritas dan spontanitas seluruh anggota
organisasi besar
·
Proses pengambilan keputusan berjalan cepat
·
Disiplin dan loyalitas tinggi
·
Rasa saling pengertian antar anggota tinggi
Kekurangan
organisasi lini:
·
Ada tendensi gaya kepimpinan otokratis
·
Pengembangan kreatifitas karyawan terhambat
·
Tujuan top manajer sering tidak bisa dibedakan dengan
tujuan organisasi
·
Karyawan tergantung pada satu orang dalam organisasi
Bentuk
Organisasi Lini dan Staf/Organisasi Garis dan Staf
Dalam bentuk
organisasi lini dan staff, pelimpahan wewenang berlangsung secara vertikal dan
sepenuhnya dari pucuk pimpinan ke kepala bagian di bawahnya. Pada bentuk
organisasi ini, terdapat satu atau lebih pejabat staff yang tidak mempunyai
wewenang memerintah tetapi hanya berfungsi sebagai penasihat.
Ciri-ciri
organisasi lini dan staff:
·
Hubungan atasan dan bawahan tidak seluruhnya langsung
·
Jumlah karyawan banyak
·
Organisasi besar
·
Ada dua kelompok kerja yaitu personel lini dan
personel staf
Kebaikan organisasi staf dan lini:
·
Pembagian tugas yang jelas
·
Kerjasama dan koordinasi jelas
·
Pengembangan bakat anggota organisasi terjamin
·
Sifatnya fleksibel untuk diterapkan
Keburukan dari bentuk organisasi ini
adalah:
·
Tugas pokok sering dinomorduakan
·
Proses pembuatan keputusan berliku-liku
·
Bisa menimbulkan nepotisme jika pertimbangan tidak
terkontrol
· Bisa
menimbulkan persaingan tak sehat antar pejabat
Bentuk
Organisasi Fungsional
Bentuk organisasi fungsional adalah dimana wewenang
dari pimpinan tertinggi dilimpahkan ke kepala bagian yang mempunyai jabatan
fungsional untuk dikerjakan kepada pelaksana yang mempunyai keahlian khusus.
Ciri organisasi fungsional:
·
Organisasi kecil
·
Adanya kelompok kerja staf ahli
·
Spesialisasi dalam pelaksanaan tugas
·
Target organisasi jelas dan pasti
·
Pengawasan ketat
Kebaikan organisasi fungsional:
·
Program terarah, jelas dan cepat
·
Anggaran, personalia dan sarana tepat dan sesuai
·
Kenaikan pangkat pejabat fungsional cepat
Keburukannya organisasi fungsional:
·
Pejabat fungsional bingung dalam mengikuti prosedur
administrasi
·
Koordinasi sulit dilaksanakan
·
Ispeksi sulit dilaksanakan
·
Bentuk Organisasi Fungsional dan Staff
Bentuk ini merupakan kombinasi dari bentuk organisasi
fungsional dan bentuk organisasi garis dan staff. Adapun kebaikan dan keburukan
dari bentuk organisasi ini adalah juga merupakan kombinasi dari bentuk diatas.
BAB II
KOORDINASI DAN RENTAN
MANAJEMEN
1. Pengertian Koordinasi
Koordinasi (coordination) adalah proses
pengintregrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan yang terpisah
(department atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi sacara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan
department-departement akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam
organisasi.
2. Kebutuhan Koordinasi
Menurut James D.Thompson, ada tiga macam
saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi, yaitu:
1.
Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependent), bila satun-satuan
organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain
dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung kepada
pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu
hasil akhir.
2.
Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependent), di
mana suatu satuan organisasi harus melakukan
pekerjaan terlebih dahulu sebelum satuan yang lain bekerja.
3.
Saling ketergantungan timbale balik (reciporal interdependent) merupakan
hubugan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
3. Mekanisme-Mekanisme
Koordinasi
Dalam pengkoordinasian dasar kita harus mengetahui
Mekanisme-mekanisme apa saja yg harus di perhatikan :
A. Hirarki Manajerial
Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenag formal, hubungan tanggung jawab dan akuntanbilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.
Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenag formal, hubungan tanggung jawab dan akuntanbilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.
B. Aturan dan prosedur.
Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
C. Rencana dan penetapan tujuan.
Pengembangannya dapat digunakan untuk pengoordinasian melalui pengarah seluruh satuan orgaisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama. Ini diperlukan bila aturan dan prosedur tidak mampu lagi memproses seluruh informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan satuan-satuan oraganisasi.
Pengembangannya dapat digunakan untuk pengoordinasian melalui pengarah seluruh satuan orgaisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama. Ini diperlukan bila aturan dan prosedur tidak mampu lagi memproses seluruh informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan satuan-satuan oraganisasi.
4. Meningkatkan Koordinasi Potensial
Meningkatkan koordinasi potensial menjadi
diperlukan bila bermacam-macam satuan organisasi menjadi saling tergantung dan
lebih luas dalam ukuran dan fungsi. Koordinasi ini dapat di tingkatkan melalui
dua cara, yaitu :
·
Sistem informasi vertical , adalah peralatan melalui mana data
disalurkan melewati tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi dapat terjadi di
dalam atau di luar rantai perintah. Sistem informasi manajemen telah
dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan seperti pemasaran, keuangan, produksi, dan
operasi-operasi internasional untuk meningkatkan informasi yang tersedia bagi
perencanaan, koordinasi, dan pengawasan.
·
Hubungan-hubungan lateral (harizontal) , Melalui pemotongan rantai
perintah, hubungan-hubungan lateral membiarkan informasi dipertukarkan dan
keputusan dibuat pada tingkat hirarki dimana informasi yang dibutuhkan ada
beberapa hubungan laterial, yaitu :
ü
Kontak langsung antara individu-individu yang dapat meningkatakan efektivitas
dan efisiensi kerja.
ü
Peranan penghubung, yang menangani komunikasi antar departemen sahingga
mengurangi panjangnya saluran komunikasi.
ü
Panitnya dan satuan tugas. Panitnya biasanya diorganisasi secara formal
dengan pertemuan yang dijadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk bila
dibutuhkan untuk masalah-masalah khusus.
ü
Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh misal manajer
produk atau proyek, perlu diciptakan bila suatu produk, jasa atau proyek khusus
memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi dan perhatian yang terus menerus dari
seseorang.
ü
Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui
perumusan anggaran oleh satuan-satuan yang diintegrasikan dan implementasinya.
Ini diperlukan bila posisi pengintegrasian yang dijelaskan pada d di atas tidak
secara efektif mengoordinasikan tugas tertentu.
ü
Organisasi matriks, suatu mekanisme yang sangat baik bagi penanganan dan
penyelesaian proyek-proyek yang kompleks.
5. Pengurangan Kebutuhan Akan
Koordinasi
A.
Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan.
Sumber daya-sumber daya tambahan memberikan kelonggaran bagi satuan-satuan kerja. Penambahan tenaga kerja, bahan baku atau waktu, tugas diperingan dan masalah-masalah yang timbul berkurang.
Sumber daya-sumber daya tambahan memberikan kelonggaran bagi satuan-satuan kerja. Penambahan tenaga kerja, bahan baku atau waktu, tugas diperingan dan masalah-masalah yang timbul berkurang.
B.
Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri.
Teknik ini mengurangi kebutuhan koordinasi dengan mengubah karakter satuan-satuan organisasi. Kelompok tugas yang dapat berdiri sendiri diserahi suatu tanggung jawab penuh salah satu organisasi operasi (perusahaan).
Teknik ini mengurangi kebutuhan koordinasi dengan mengubah karakter satuan-satuan organisasi. Kelompok tugas yang dapat berdiri sendiri diserahi suatu tanggung jawab penuh salah satu organisasi operasi (perusahaan).
6. Rentang Manajemen
Rentang manajemen atau rentang kendali
adalah kemampuan manajer untuk
melakukan koordinasi secara efektif yang sebagian besar tergantung jumlah bawahan
yang melapor kepadanya. Prinsip rentang manajemen berkaitan dengan jumlah
bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer. Bawahan
yang terlalu banyak kurang baik, demikian pula jumlah bawahan yang terlalu
sedikit juga kurang baik.
Istilah-istilah lain rentang manajemen:
1. span of control
2. Span of authority (rentang otoritas)
3. Span of attention atau span of supervision
1. span of control
2. Span of authority (rentang otoritas)
3. Span of attention atau span of supervision
Hubungan rentang manajemen dan koordinasi:
”Semakin besar jumlah rentang, semakin sulit untuk mengoordinasi kegiatan-kegiatan bawahan secara efektif.
Alasan mengapa penentuan rentang yang tepat sangat penting adalah:
”Semakin besar jumlah rentang, semakin sulit untuk mengoordinasi kegiatan-kegiatan bawahan secara efektif.
Alasan mengapa penentuan rentang yang tepat sangat penting adalah:
ü Retang manajemen mempengaruhi penggunaan
efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka.
Terlalu melebarnya rentang berarti manajer harus mengendalikan jumlah bawahan yang besar sehingga menyebabkan tidak efisien. Sebaliknya jika rentang terlalu sempit dapat menyebabkan manajer tidak digunakan sepenuhnya.
Terlalu melebarnya rentang berarti manajer harus mengendalikan jumlah bawahan yang besar sehingga menyebabkan tidak efisien. Sebaliknya jika rentang terlalu sempit dapat menyebabkan manajer tidak digunakan sepenuhnya.
ü Ada hubungan antara rentang manajemen di
seluruh organisasi dan struktur organisasi.
Semakin sempit rentang manajemen, struktur organisasi akan berbebtuk ”tall” dengan banyak tingkat pengawasan di antara manajemen puncak dan tingkat paling rendah. Sedangkan rentang manajemen yang melebar akan menghasilkan struktur yang berbentuk ”flat” yang berarti tingkat manajemen semakin sedikit dan akan mempengaruhi efektifitas manajer di semua tingkatan.
Semakin sempit rentang manajemen, struktur organisasi akan berbebtuk ”tall” dengan banyak tingkat pengawasan di antara manajemen puncak dan tingkat paling rendah. Sedangkan rentang manajemen yang melebar akan menghasilkan struktur yang berbentuk ”flat” yang berarti tingkat manajemen semakin sedikit dan akan mempengaruhi efektifitas manajer di semua tingkatan.
7. Beberapa Jumlah Rentangan yang Ideal
ü
Menurut Henri Fayol
Jumlah maksimum bawahan yang dapat dikendalikan oleh setiap pengawas produksi dalam organisasi adalah 20 sampai 30 karyawan, sedang setiap kepala pengawas (superintendent) dapat mengawasi hanya 3 atau4 pengawas produksi.
Jumlah maksimum bawahan yang dapat dikendalikan oleh setiap pengawas produksi dalam organisasi adalah 20 sampai 30 karyawan, sedang setiap kepala pengawas (superintendent) dapat mengawasi hanya 3 atau4 pengawas produksi.
ü
Menurut V.A. Graicunas (Konsultan dan ahli Matematika Perancis)
Dalam memilih suatu rentangan, menajer harus mempertimbangkan tidak hanya hubungan satu dengan satu secara langsung dengan bawahan yang diawasi tetapi juga hubungan mereka dengan bawahan dalam kelompok dua atau lebih. Jadi, dengan tiga karyawan seorang manajer mempunyai hubungan dengan setiap individu, dan dengan tiga kelompok yang berbeda, yaitu kombinasi dari setiap dua karyawan, dan dengan kelompok yang terdiri dari ketiganya.
Pendekatan Graicunas:
Dalam memilih suatu rentangan, menajer harus mempertimbangkan tidak hanya hubungan satu dengan satu secara langsung dengan bawahan yang diawasi tetapi juga hubungan mereka dengan bawahan dalam kelompok dua atau lebih. Jadi, dengan tiga karyawan seorang manajer mempunyai hubungan dengan setiap individu, dan dengan tiga kelompok yang berbeda, yaitu kombinasi dari setiap dua karyawan, dan dengan kelompok yang terdiri dari ketiganya.
Pendekatan Graicunas:
R= n (2n1+ n
1)
Keterangan:
R = Jumlah Hubungan
n = jumlah bawahan
R = Jumlah Hubungan
n = jumlah bawahan
ü
Menurut Lyndall F. Urwick
Tidak ada eksekutif yang dapat mengendalikan secara langsung kerja lebih dari lima, atau paling banyak enam bawahan.
Tidak ada eksekutif yang dapat mengendalikan secara langsung kerja lebih dari lima, atau paling banyak enam bawahan.
ü
Menurut Jendral Ian Hamilton
Otak rata-rata manusia hanya memiliki ruang lingkup yang efektif dalam penanganan dari tiga sampai enam otak manusia lainnya.
Meskipun begitu jumlah rentang menejemen yang mutlak ideal sulit ditentukan, karena hal ini tergantung pada banyak variabel, seperti besarnya organisasi, teknologi, spesialisasi, kegiatan-kegiatan rutin, tingkat manajemen dan sifat-sifat pekerjaan lainnya. Karena itu para penulis hanya dapat menemukan rentang yang optimal untuk situasi khusus melalui penentuan batasan rentangan bagi organisasi pada umumnya.
Otak rata-rata manusia hanya memiliki ruang lingkup yang efektif dalam penanganan dari tiga sampai enam otak manusia lainnya.
Meskipun begitu jumlah rentang menejemen yang mutlak ideal sulit ditentukan, karena hal ini tergantung pada banyak variabel, seperti besarnya organisasi, teknologi, spesialisasi, kegiatan-kegiatan rutin, tingkat manajemen dan sifat-sifat pekerjaan lainnya. Karena itu para penulis hanya dapat menemukan rentang yang optimal untuk situasi khusus melalui penentuan batasan rentangan bagi organisasi pada umumnya.
8. Rentang
manajemen dan tingkatan organisasional
A. 1 Tingkatan Manajemen
1 Manajer Rentangan datar (Flat)
(32) Karyawan
1 Manajer Rentangan datar (Flat)
(32) Karyawan
B. 2
Tingkatan Manajemen
5 Manajer Rentangan lebih tinggi
5 Manajer Rentangan lebih tinggi
C. 3
Tingkatan Manajemen
11 Manajer
Rentang Tinggi (tall)
11 Manajer
Rentang Tinggi (tall)
PENJELASAN
Suatu
organisasi (secara teoritik) dengan 32 tenaga operatif ditunjukan dalam tiga
struktur rentang manajemen, di mana setiap struktur memerlukan jumlah manajer
yang berbeda.
·
Pada struktur A, seorang menajerØ mengawasi secara langsung keseluruhan 32
bawahan, yang menghasilakn rentang manajemen yang sangat lebar dan struktur
organisasi yang datar (flat).
·
Pada struktur B, menunjukan
rentangan manajemen yang lebih sempit dan struktur organisasi yang lebih
tinggi.
·
Pada struktur C, dengan retang
manajemen hanya 4 ada 11 manajemen dengan 3 tingkatan, yang membuat rentang
manajemen sangat sempit dan struktur organisasi sangat tinggi.
9. Rentang
Manajemen Lebar Versus Sempit
Ø Rentang Manajemen Yang Melebar
Alasan digunakan: Tingkatan hirarki yang semakin tinggi cenderung mengurangi kecepatan waktu penyebaran informasi dari atas ke bawah.
Alasan digunakan: Tingkatan hirarki yang semakin tinggi cenderung mengurangi kecepatan waktu penyebaran informasi dari atas ke bawah.
·
Lebih banyak jumlah tingkatan yang dilalui informasi, lebih besar
kemungkinan penyimpangan atau distorsi.
·
Penambahan tingkatan menajemen memakan biaya, karena memerlukan
penambahan gaji meterial.
·
Penggunaan sumber daya manajer secara efisien.
Ø Rentang Manajemen
Yang Menyempit
Alasan digunkan: pada umumnya moral dan produktifitas karyawan akan meningkat dalam organisasi-organisasi kecil daripada dalam organisasi-organisasi besar.
Alasan digunkan: pada umumnya moral dan produktifitas karyawan akan meningkat dalam organisasi-organisasi kecil daripada dalam organisasi-organisasi besar.
·
Penggunaan rentang manajemen terlalu melebar berarti manajer tidak akan
dapat menjalankan fungsi-fungsi dengan efektif dan mencurahkan perhatiannya
kepada seluruh bawahan secara perseorangan.
·
Koordinasi dan kooperasi berkembang baik, karena setiap individu
mengelola fungsi sendiri dan dengan bantuan minimum dari atasan.
10. Prinsip-Prinsip Manajemen
·
Prinsip rentangan pengawasan adalah jumlah bawahan yang dapat
diatasi secara langsung oleh atasannya, secara efektif. Dalam menyusun
organisasi sebaiknya untuk top manajer hanya memiliki bawahan langsung sejumlah
empat sampai delapan saja. Jika lebih dari itu pengawasan menjadi tidak
effektif lagi dan akan meugikan organisasi itu sendiri.
·
Prinsip keseragaman. Dalam menyusun bagian sub bagian
organisasi (departemenisasi) dengan memperhatikan aktivitas yang seragam dikelompokkan kedalam satu
satuan kerja yang mewadahinya. Sebagai contoh segala aktivitas yang menyangkut
keuangan ditampung dalam satuan kerja bidang keuangan atau departemen keuangan.
Apabila ada bidang tugas yang tidak seragam ditampung dalam satu departemen,
hasilnya akan kurang dan bahkan dapat mengakibatkan kekacauan dan kegagalan
organisasi itu. Katakanlah kegiatan keuangan dicampur dengan kegiatan produksi
dan dilaksanakan dibawah departemen keuangan, maka hal ini tidak melaksanakan
prinsip keseragaman tadi dan yakinlah bahwa akan membingungkan pelaksanaannya.
·
Prinsip pendelegasian, Mengingat kemampuan manusia serba
keterbatasan dan semakin kompleks organisasi menuntut beban kerja yang semakin
banyak dan mungkin tuntutan kerjanya akan bersamaan. Demikian keadaan yang
dihadapi oleh seorang manajer sehingga dengan prinsip pendelegasian, maka
sebagian tugasnya perlu diserahkan kepada bawahan siapa yang dipercayakannya.
Apabila tidak, akan terjadi tumpukan dan keterbengkalaian tugas serta kelelahan
manajer yang mengakibatkan faktor penyebab kegagalannya.
·
Prinsip perencanaan. Hanyalah dengan perencanaan yang
mengakibatkan ketertiban dan kelancaran kerja yang lebih terarah akan memberi
jaminan hasil yang lebih mekuaskan. Tanpa perencanaan atau tiba masa tiba akal
akan mengundang kekosongan kerja. Oleh karena itu, setiap usaha mencapai tujuan
hendaknya melaksanakan prinsip ini, yaitu menyusun rencana kerja sebelum
kegiatan tersebut dilaksanakan. Penyusunan rencana hendaknya memperhatikan
proses rencana, yaitu menentukan masalahnya, mengumpulkan data/fakta yang
relevan dengan masalahnya, menganalisa, menemukan alternatif dan memilih
alternatif yang paling menguntungkan untuk ditentukan sebagai rencana.
·
Prinsip penyusunan kebijakan. Di dalam pelaksanaan kegiatan,
diperlukan kebijakan sebagai pedoman kerja umum dalam menghadapi
situasi-situasi tertentu. Oleh karena itu, setiap kegiatan usaha mencapai
tujuan harus menyusun kebijakan yang diperlukan sebagai pedoman umum.
·
Prinsip kepemimpinan. Manajemen adalah usaha untuk mencapai
tujuan dengan bantuan orang lain. Jadi di sini akan terdapat lebih dari satu
orang. Agar kegiatan masing-masing orang terkoordinir dan terarah maka harus
ada yang memimpinnya. Oleh karena itu dalam setiap usaha mencapai tujuan harus
ditunjuk seorang atau lebih untukbertindak selaku manajernya
·
Prinsip fungsi staf. Dalam suatu organisasi, tujuan yang
akan dicapai biasanya menyangkut kegiatan yang luas dan berdimensi banyak.
Sudah dikatakan terdahulu bahwa kemampuan seseorang serba keterbatasan. Dengan
tugas manajer yang demikian luasnya kegiatan yang harus dilaksanakan, maka
perlu mengangkat staff atau menunjuk orang lain untuk menjalankan fungsi staff,
yaitu menjalankan kegiatan perencanaan pengembangan, penyumbang ide-ide dan
standar-standar.
·
Prinsip Keseimbangan/keselarasan. Dalam suatu organisasi biasanya
dibagi dalam beberapa devisi atau sub devisi. Agar pekerja dapat berjalan
lancar maka beban kerja untuk masing-masing sub devisi atau masing-masing
devisi harus berimbang atau selaras. Prinsip ini penting untuk dituruti karena
kenyataan yang ada kegiatan dalam organisasi saling mengkait, sehingga apabila
satu devisi atau sub devisi kelebihan beban kerja sedang divisi atau sub devisi
lain kekurangan beban kerja maka akan terganggulah usaha mencapai tujuan.
·
Prinsip koordinasi. Dalam suatu organisasi, biasanya
orang menerapkan spesialisasi agar efisiensi kerja bertambah. Namun, semakin
jauh spesialisasi kerjasama menjadi semakin sukar. Oleh karena itu perlu
dilaksanakan prinsip koordinasi ini, yaitu semikin jauh spesialisasi hendaknya
diusahakan koordinasi yang baik. Dengan koordinasi yang baik, maka tindakan pengarahan dan
kerja sama antar bagian menjadi lebih baik
·
Prinsip
pengambilan putusan. Pelaksanaan tugas mencapai tujuan, sebenarnya terdiri dari
rangkaian putusan-putusan dari atas sampai ke tingkat paling bawah. Oleh karena
itu dalam melaksanakan manajemen hendaknya diambil putusan yang terbaik untuk
kegiatan atas sampai tingkat yang paling bawah.
·
Prinsip
standardisasi. Agar tidak terjadi penyimpangan dari tujuan yang ingin
dicapai, maka setiap tindakan harus memiliki tolok ukurnya yang berupa
standar-standar. Dengan kata lain, dalam pelaksanaan manajemen harus dibuat
standardisasi kegiatan untuk tolok ukurnya sehingga kalau terjadi penyimpangan
dapat segera diketahui dengan mudah.
·
Prinsip pengawasan.
Agar setiap kegiatan perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik, maka
harus dilaksanakan dengan baik. Untuk itu, perlu pelaksanaan pengawasan apabila
terjadi penyimpangan, maka dapat segera diluruskan atau dikembalikan pada
rencana.
·
Prinsip keluwesan/fleksibilita.
Manajemen yang baik adalah manajemen yang luwes, artinya putusan yang
diambil mudah menyesuaikan dengan perubahan situasi. Karena itu putusan
manajemen harus memenuhi kriteria keluwesan ini.
·
Prinsip fakta. Dalam
pengambilan putusan selalu didasarkan pada data. Data sendiri, ada yang berupa
fakta, yaitu data atas pengalaman yang lalu atau data tentang kejadian yang
benar telah terjadi, dan data yang berupa opini, yaitu data yang sifatnya masih
“kira-kira” dari beberapa kejadian. Agar suatu putusan berjalan dengan mantap, maka putusan
tersebut harus didasarkan pada fakta, dan bukan didasarkan pada opini.
·
Prinsip hubungan
antar manusia. Dalam pelaksanaan tugas manajemen akan selalu terjadi
hubungan antar manusia dalam organisasi. Hubungan antar manusia ini akan
berjalan lancar, kalau dalam hubungan kerja sama tadi dilandasi oleh dasar
hubungan manusiawi yang terdiri dari dasar anggapan:
ü Setiap manusia
berbeda satu dengan lainnya, sehingga dalam bekerja sama dengan orang yang
berbeda harus dijalankan perlakuan yang berbeda pula.
ü Setiap orang
memiliki harga diri yang berbeda-beda, karena itu dalam kontak kerjasama tidak
boleh meremehkan harga diri partner kerjasamanya.
ü Setiap orang
memiliki kepentingan timbal balik, sehingga setiap orang akan mau diajak kerja
sama dalam organisasi.
ü Setiap orang
memiliki motivasi yang merangsangnya untuk bekerja keras oleh karena itu dalam
suatu kerja sama hendaknya dipergunakan motivasi ini.
·
Prinsip
spesialisasi. Dalam pelaksanaan manajemen, spesialisasi akan mampu
memperbaiki mutu produk, mutu jasa, dan mutu meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Oleh karena itu dalam pelaksanaan manajemen hendaknya
prinsip spesialisasi ini diterapkan.
·
Prinsip
penyederhanaan. Kadang dalam pelaksanaan kegiatan manajemen terdapat
banyak kegiatan yang dapat dihilangkan, atau dengan kata lain sering dijumpai
dalam suatu organisasi terdapat kegiatan-kegiatan yang tidak diperlukan.
Kegiatan yang tidak diperlukan ini sebaiknya dihilangkan saja atau proses,
sistem dan prosedur disederhanakan. Dengan kaidah penyederhanaan ini maka
efektivitas dan pengawasan manajemen akan dapat ditingkatkan.
·
Prinsip
produktivitas indiividu. Dalam pelaksanaan manajemen, peningkatan produktivitas
individu adalah sangat penting dijaga, karena dengan produktivitas individu
yang tinggi, maka produktivitas organisasi otomatis juga tinggi. Oleh karena
itu, dalam menjaga tingkat produktivitas individu tetap tinggi, maka individu
harus diserahi tugas-tugas yang sesuai dengan keterampilan yang dimiliki baik
karena bakatnya maupun karena pendidikannya.
·
Prinsip tugas
dan penyelesaiannya. Pada umumnya orang akan dapat bekerja dengan giat apabila
padanya diserahi tugas dan juga ditentukan waktu penyelesaiannya. Tanpa
diberikan “deadline” orang akan
bermalas-malas dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu dalam memberikan
tugas kepada bawahan harus selalu disertai jadual kerjanya.
Diantara sekian prinsip manajemen yang
dikemukakan tersebut di atas, tidak selamanya cocok dengan situasi manajemen
modern. Sebagai contoh dengan struktur organisasi matriks dan sistem otonomi
daerah mengakibatkan prinsip kesatuan komando dan sentralisasi tidak dapat
diterapkan. Namun pada situasi tertentu prinsip tersebut masih sangat
dianjurkan, misalnya pada organisasi militer yang sangat ketat dengan prinsip
kesatuan komando/perintah. Jadi penerapan prinsip manajemen ini sesuai dengan
situasi dan kondisi dimana manajemen itu dilaksanakan.
11. Tingkatan Manajemen
Dilihat dari tingakatan organisasi, manajemen dibagi dalam 3 tingkatan
yaitu:
1. Manajemen Puncak (Top Management)
Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya. Misal:
Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya. Misal:
2. Manajemen Menengah (Middle Management)
Manajemen menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi, artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer bertanggungjawab melaksanakan reana dan memastikan tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk.
Manajemen menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi, artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer bertanggungjawab melaksanakan reana dan memastikan tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk.
3. Manajemen Bawah/Lini (Low Management)
Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tngkatan ini juga memiliki keahlian yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal: supervisor/pengawas produksi, mandor.
Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tngkatan ini juga memiliki keahlian yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal: supervisor/pengawas produksi, mandor.
Berikut adalah skema manajemen berdasarkan
tingkatanya:
Dilihat dari kegiatan yang dilakukan :
1. Manajer Fungsional, bertanggung jawab pada
suatu kegiatan unit organisasi
(produksi, pemasaran, keuangan, personalia, dll
2. Manajer Umum, bertanggung jawab atas semua kegiatan
unit.
12.
Kegiatan-kegiatan manajer
Manajer adalah seorang yang
karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh organisasi
untuk memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengembangkan kegiatan
organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Tugas-Tugas Seorang Manajer adalah :
• Memimpin organisasi
• Mengatur organisasi
• Mengendalikan organisasi
• Mengembangkan organisasi
• Mengatasi berbagai masalah yang terjadi di dalam organisasi
• Menciptakan kerja sama di dalam organisasi.
• Menjalin kerja sama dengan pihak-pihak di luar organisasi
• Menumbuhkan kepercayaan
• Meningkatkan rasa tanggung jawab
• Mengawasi/mengendalikan kegiatan organisasi
• Melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan
• Menggali dan mengembangkan potensi sumber daya.
• Memimpin organisasi
• Mengatur organisasi
• Mengendalikan organisasi
• Mengembangkan organisasi
• Mengatasi berbagai masalah yang terjadi di dalam organisasi
• Menciptakan kerja sama di dalam organisasi.
• Menjalin kerja sama dengan pihak-pihak di luar organisasi
• Menumbuhkan kepercayaan
• Meningkatkan rasa tanggung jawab
• Mengawasi/mengendalikan kegiatan organisasi
• Melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan
• Menggali dan mengembangkan potensi sumber daya.
Manajer dalam hubungan dengan menajemen menjelaskan tentang substansi tugas yang ada padanya. Pada satu sisi, manajer ada pada posisi tugas pelaksana kepemimpinan dengan membantu pemimpin memimpin pekerjaan yang bersifat departemenal. Di sini manajer adalah kepala atau pemimpin suatu departemen atau unit kerja dalam suatu organisasi. Pada sisi yang bersifat lebih substansial, manajemen adalah tugas seorang manajer yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas kepemimpinan pada asas manajerial. Tentu tatkala melaksanakan tugasnya, manajer memanejemeni, tetapi perbedaannya, ialah bahwa ia memanejemeni tugasnya atas nama pemimpin yang mendelegasikan tugas manajerial kepadanya.
Peran Manajer
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
·
Peran antarpribadi
Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
·
Peran
informasional
Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan
penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.
·
Peran pengambilan keputusan
Yang termasuk
dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah,
pembagi sumber daya, dan perunding.
Adapun jenis – jenis keputusan yang dihasilkan dari seorang manajer adalah sebagai berikut:
Adapun jenis – jenis keputusan yang dihasilkan dari seorang manajer adalah sebagai berikut:
a.
Keputusan Terperogram
Keputusan terperogram adalah keputusan yang diambil berdasarkan kebiasaan, peraturan atau prosedur tertentu. Kebijakan yang mempermudah pengambilan keputusan dalam situasi yang berulang–ulang dengan membatasi atau bahkan meniadakan alternative. bila suatu masalah timbul kembali dan bila unsur komponennya dapat ditentukan, diramalkan dan dianalisis, maka masalah tersebut dapat dipecahkan dengan pengambilan keputusan terperogram.
Keputusan terperogram adalah keputusan yang diambil berdasarkan kebiasaan, peraturan atau prosedur tertentu. Kebijakan yang mempermudah pengambilan keputusan dalam situasi yang berulang–ulang dengan membatasi atau bahkan meniadakan alternative. bila suatu masalah timbul kembali dan bila unsur komponennya dapat ditentukan, diramalkan dan dianalisis, maka masalah tersebut dapat dipecahkan dengan pengambilan keputusan terperogram.
b.
Keputusan Tidak Terperogram
Keputusan tidak terperogram adalah untuk memecahkan masalah yang luar biasa atau masalah istimewa. Jika suatu masalah jarang sekali muncul sehingga tidak tercakup oleh suatu kebijakan atau masalah tersebut sedemikian penting sehingga membtuhuhkan perlakuan khusus, maka masalah tersebut harus ditangani dengan suatu keputusan tidak terperogram. Misalnya, seseorang berada pada posisi yang lebih tinggi dalam hirarki organisasi, kemampuan untuk mengambil keputusan tidak terperogram menjadi lebih penting, karena secara progresif lebih banyak keputusan tidak terperogram.
Keputusan tidak terperogram adalah untuk memecahkan masalah yang luar biasa atau masalah istimewa. Jika suatu masalah jarang sekali muncul sehingga tidak tercakup oleh suatu kebijakan atau masalah tersebut sedemikian penting sehingga membtuhuhkan perlakuan khusus, maka masalah tersebut harus ditangani dengan suatu keputusan tidak terperogram. Misalnya, seseorang berada pada posisi yang lebih tinggi dalam hirarki organisasi, kemampuan untuk mengambil keputusan tidak terperogram menjadi lebih penting, karena secara progresif lebih banyak keputusan tidak terperogram.
Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis
besar, aktivitas yang dilakukan oleh manager adalah
berinteraksi dengan orang lain.
13. Peran-Peran Manajemen
Pada akhir 1960-an, Henry Mintzberg, seorang lulusan
MIT, melakukan penelitian saksama terhadap lima orang eksekutif untuk
menentukan tugas mereka. Berdasarkan observasinya, Mintzberg menyimpulkan bahwa
manajer melakukan sepuluh peran atau rangkaian perilaku yang berbeda dan saling
berkaitan erat. Seperti yang diperlukan dalam Tampilan 1-1, kesepuluh peran ini
bisa dikelompokkan sebagai (1) antarpersonal, (2) informasional, dan (3)
pengambilan keputusan.
Peran Antarpersonal
Semua manajer diharuskan
melakukan tugas – tugas terkait seremonial dan bersifat simbolis. Sebagai
contoh, ketika rektor perguruan tinggi memberikan ijazah sarjana pada acara
wisuda atau seorang pengawas pabrik menjadi pemandu tur pabrik untuk sekelompok
murid sekolah menengah, ia berperan sebagai tokoh utama (figurehead).
Semua manajer memiliki peran kepemimpinan. Peran ini mencakup perekrutan,
pelatihan, pemberian motivasi, dan pendisiplinan karyawan. Peran ketiga dalam
pengelompokan antarpersonal adalah peran penghubung. Mintzberg mendeskripsikan
aktivitas ini sebagai hubungan dengan
individu luar yang memberikan
informasi kepada manajer tersebut. Individu luar tersebut mungkin adalah
individu atau kelompok di dalam atau di luar organisasi. Manajer penjualan yang
mendapatkan informasi dari manajer pengendalian kualitas di perusahaannya
sendiri mempunyai kerja sama hubungan internal. Ketika manajer penjualan
tersebut berhubungan dengan eksekutif penjualan lain melalui sebuah perdagangan
pemasaran, ia mempunyai suatu kerja sama hubungan eksternal.
Peran Informasional
Semua manajer, sampai
pada tingkat tertentu, mengumpulkan informasi dari organisasi – organisasi dan
institusi luar. Biasanya, mereka mendapatkan informasi dengan membaca majalah
dan berkomunikasi dengan individu lain untuk mempelajari perubahan selera
masyarakat, apa yang mungkin direncanakan oleh para pesaing, dan semacamnya.
Mintzberg menyebut hal ini sebagai peran pemantau. Para manajer juga bertindak
sebagai penyalur untuk meneruskan informasi ini kepada anggota organisasional.
Hal ini disebut sebagai peran penyebar. Selain itu, manajer bertindak selaku
juru bicara ketika mereka mewakili organisasi di hadapan pihak luar.
Peran Pengambilan
Keputusan
Akhirnya, Minzberg
mengidentifikasikan empat peran terkati pengambilan keputusan. Dalam peran
kewirausahaan, para manajer memulai dan mengawasi proyek – proyek baru yang
akan meningkatkan kinerja organisasi mereka. Sebagai penyelesaian masalah,
manajer melakukan tindakan korektif untuk menyelesaikan berbagai masalah yang
tidak terduga. Sebagai pengalokasi sumber daya, manajer bertanggung jawab
menyediakan sumber daya manusia, fisik, dan moneter. Terakhir, manajer
memainkan peran negosiator, di mana mereka mendiskusikan berbagai persoalan dan
tawar – menawar dengan unit – unit lain demi keuntungan unit mereka sendiri.
14. Keterampilan
Manajemen
Pembagian Keterampilan Manajemen Robert L.Katz pada tahun 1970-an mengemukakan
bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga
keterampilan tersebut adalah:
a.
Keterampilan (conceptional skill), manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki
keterakonseptual mpilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi.
Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi
suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran
ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai
proses perencanaan atauplanning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional
juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
b. Keterampilan
berhubungan dengan orang lain (humanityskill), • selain kemampuan konsepsional,
manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau
keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan
kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer
terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif,
bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian
mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi
diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
Keterampilan ini bisa juga diklasifikasikan dalam :
(a)
kepemimpinan dalam kelompok sendiri (intra-group skill)
(b)
keterampilan dalam mengelola hubungan antar kelompok (inter-group skill).
Dalam
ranah tingkat manajemen, intra-group skill mempunyai peran dominan pada
kelompok manajer dasar (first line management) dan menengah (middle
management), maka inter-group skill sangat dirasakan penting peranannya pada
manajer tingkat atas (higher level/top management). Untuk menguasai
keterampilan ini, seorang manajer harus dapat mengembangkan sendiri persepsi
pribadinya terhadap aktivitas orang lain sehingga ia dapat:
· mengenali
perasaan dan sentimen dalam situasi tertentu;
· mempunyai
sikap terhadap pengalamannnya sendiri dan berusaha untuk belajar dari
pengalaman itu;
· mengembangkan
kemampuan untuk memahami apa yang ingin disampaikan seseorang melalui tindakan
dan kata-kata mereka;
mengembangkan
kemampuan untuk mengkomunikasikan ide dan sikapnya kepada orang lain secara
tepat. Pelatihan yang bersifat spontan dan dipandu oleh seorang pelatih yang
berpengalaman dapat memberikan nuansa positif bagi pengenalan dan pengembangan
keterampilan ini.
c.
Keterampilan teknis
(technicalskill) keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer
pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan
untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program
komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
0 komentar